Breaking News

TERTIBKAN ORGEN TUNGGAL , SELAMATKAN MORAL KEMENAKAN


Portalbuana - Membaca sebuah tulisan dari seorang facebooker Herlina Hasan Basri seroang guru di pariaman , yang ditulis dalam sebuah grup daerah istimewa minag Kabau , Ibu herlina membuat surat terbuka kepada Bapak Walikota pariaman " Tertibkan Orgen Tunggal, Selamatkan Moral Kemenakan! "

Dalam surat terbukanya Ibu Herlina Hasan Basri mengharapkan kepada Bapak walikota Pariaman untuk menertibkan penampilan dari artis Orgen tunggal yang dinilai telah lari dan tidak sesuai dengan adat alam minang kabau.

Inilah Bundo Kanduang yang sebenarnya di Ranah Minang , yang tidak diam melihat ketidak senonohan penampilan Orgen tunggal , karena tidak sesuai dengan adat alam minang kabau.

Bagaimana dengan Ninik mamak , Alim Ulama dan cadik Pandai..haruskah tinggal diam dengan yang dilihat ini ??

Inilah isi Surat terbuka dari Seorang Guru Buat Walikota pariaman ,


Surat terbuka dari guru di Pariaman kpd Walikota-nya

Selasa, 05 Januari 2016



Tertibkan Orgen Tunggal, Selamatkan Moral Kemenakan!

Aku hanya seorang gadis kecil yang coba menulis sesuatu padamu yang pantasnya ku panggil Mamak, bukan, Pak. Surat ini bukan suatu bentuk pembangkangan, kagadang-gadangan atau sok mengajari pandeka basilek. Sepuluh jari kemenakan susun beserta kepala, memohon maaf apabila ada kata-kata kemanakan yang patut dibimbing ini yang tidak enak Mamak baca.


Mamak, disini aku ingin berbicara tentang orgen tunggal di Pariaman. Kemenakan kecilmu ini kini telah beranjak dewasa, hingga ketika aku menyaksikan orgen tunggal yang menampilkan biduannya berpakaian minim, seolah-olah aku yang sedang ditelanjangi, ditonton dan dijadikan objek tertawa licik para lelaki yang puas menatapnya. Aku malu!

Hingga sebelum acara itu usai aku sudah lebih dulu pergi karena terbayang apa yang akan aku saksikan selanjutnya. Ya, seperti yang sudah-sudah, seperti yang sama-sama diketahui, seperti yang sudah mulai dimaklumi, para biduan wanita itu akan melecuti beberapa bagian pakaiannya lebih minim lagi, lebih terbuka lagi, lebih memancing hawa nafsu lagi, lalu mereka bersama pemuda-pemuda bahkan mamak-mamak yang tengah mabuk akan berpesta pora. Bergoyang seolah lupa siapa mereka. Apa kedudukan mereka. Seorang mamak akan lupa memberi contoh yang baik pada kemenakannya. Pemuda yang masih sekolah lupa akan apa tanggungjawabnya esok pagi. Dan itu berlangsung hingga pukul empat pagi. Hampir mendekati subuh. Dan hal tersebut digelar diruang terbuka.

Maka akan sangat miris lagi ketika pagi-pagi beberapa bocah usia sekolah dasar menceritakan perihal apa yang dilihatnya dari gelaran orgen tunggal semalam yang ditontonnya itu pada teman sebayanya. Menceritakan bagaimana terbukanya pakaian biduan-biduan wanitanya. Menyebutkan nama-nama orang kampungnya yang mabuk berat malam itu, dan menceritakan siapa-siapa saja yang memeluk biduan wanita seraya memberi beberapa lembar uang saweran. Miris! Bocah sekecil itu menurutku hanya boleh bercerita tentang bagaimana ia menyelesaikan PR Matematikanya semalam. Bukan bercerita tentang tontonan tak pantas yang disuguhkan kakaknya, ayahnya, mamak-mamaknya dan tetangga-tetangganya.

Lebih miris lagi ku saksikan di kota ini, nasionalisme pemudanya hanya sebatas gelaran orgen tunggal. Mereka menanti datangnya hari peringatan kemerdekaan demi berpesta dengan orgen tunggal dengan goyangan eotis lengkap dengan minuman keras, lalu acara itu dikemas dengan tajuk ALEK PEMUDA. Apa dengan begitu mereka akan tahu bagaimana perjuangan para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan. Bahkan mungkin lagu wajib Indonesia raya saja mereka tak tahu. Mereka lebih hafal judul lagu dangdut koplo yang membuat goyangan mereka semakin asyik dan malam mereka semakin panas. Toh kemerdekaan bagi mereka adalah sebatas bebas bermabuk-mabukan dan bebas menikmati aurat yang dipertontonkan.

Aku bukan ahli agama, Mamak. Tapi yang aku tahu mengumbar aurat itu berdosa. Meliuk-liukan badan dengan pakaian super pendek itu berdosa. Melelang harga diri dengan beberapa lembar rupiah yang diserukan dengan pengeras suara itu amat berdosa. Minuman keras itu berdosa. Bukankah oranng Minang terkenal dengan adat istiadat dan agamanya? Lalu kenapa Pariaman kini seolah menjadi Pantura jilid dua?

Aku teringat himbauan “Maghrib mengaji” yang Mamak serukan dulu. Lalu kenapa tak bisa mamak buat himbauan “Pariaman bebas orgen tunggal”? Jikapun rumah orang baralek dan alek pemuda harus dihibur orgen tunngal, kenapa tak tegas tegakkan aturan orgen tunggal hanya boleh hingga pukul dua belas malam saja dengan menjunjung tinggi adat kesopanan dan nilai agama?

Aku yang bodoh ini menangkap adanya pergeseran nilai di ranah yang begitu ku sanjung ini, Mamak. Jika dulu kemenakan segan bertemu mamak di lapau, kini kemanakan dan mamak duduk bersama bermain domino. Bahkan menonton orgen dilokasi yang sama dengan kelakuan yang sama. Begitu sedih aku mendapati hal tersebut. Seolah-olah Minang kabau kini tak lagi bisa dijadikan panutan. Seolah-olah nilai-nilai kesopanan dipertaruhkan demi tameng “hiburan”.

Lakukanlah sesuatu, Mamak! Anggaplah biduan wanita itu, pemuda-pemuda itu dan anak-anak kecil yang gemar menonton orgen tunggal itu adalah kemenakan-kemanakanmu juga yang pantas Mamak ajari hal-hal baik dan Mamak lindungi dari segala yang tercela. Tak ku minta biduan-biduan seksi itu lantas berbaju kurung, Mamak, setidaknya buat mereka lebih menghargai badan mereka sendiri. Jjika tidak bisa mamak buat pemuda-pemuda itu kembali ke Surau, setidaknya buat mereka kembali ke rumah orang tuanya lebih awal. Aku menulis surat terbuka ini bukan berangkat dari resahku sendiri. Namun dari resahnya Bundo Kanduang oleh dunia yang tak lagi “talok diaja”. Aku sadar benar, Mamak bukanlah orang yang patut dipersalahkan. Ada orang tua, niniak mamak, dan urang tuo di kampung-kampung yang harusnya lebih paham menjaga anak kemenakannya. Tapi bolehkah aku memohon, Mamak? Datanglah ke lapau-lapau tiap kampung itu, temuai tiap niniak mamaknya, beritahu mereka apa yang seharusnya mereka lakukan. Ingatkan mereka jikalau lupa. Berbincang-bincanglah di lapau dengan mereka, sebagaimana biasa Mamak lakukan di masa-masa kampanye dulu.

Aku mohon diri mengakhiri surat ini, Mamak. Aku masih harus memeriksa hasil ulangan anak didikku yang mengerjakan ulangan dengan mata terkantuk-kantuk ulah orgen tunggal 'bahoyak' di kampung mereka semalam...

Netri Yeni di 06.15

Catt :Ini adalah sekelumit kisah yang terjadi ranah minang,akankah kita berdiam diri melihat kemaksiatan ini?mari bersama2 kita kembalikan marwah minangkabau,mambangkik batang tarandam,kembalikan kejayaan minangkabau yang dulu,tempatnya orang2 cadiak pandai dan ulama2 terkemuka....mari kita wujudkan dalam Daerah Istimawa Minangkabau.

3 Komentar

  1. Agenda 21 dari para mereka yang tak menyenangi kemakmuran dan kesejahteraan mereka akan menyerbu dari berbagai cara, para mozaik berkeliaran di lingkungan anda, maka perkuat tauhid dan aqidah yang haq..laa hadzatullah wa dzatullah laa hamsar wal hamsar...

    BalasHapus
  2. bukan musiknya yg salh..kl urg tau dengan prinsip seni ndk akan lakukan sarupo iko..yg dijual dalm hiburan tu adolh jasa suaro..bukan aurat..mestinyo niniak mamak harus cepat tanggap . jan salhkan klau Allah menurunkan azab kakito dg berbagai bencana.kl kito manutuik mato...acungan jempol untuak ibu guru yg mambuek surat terbuka ka walikota pariaman.mdh" an orgen yg sarupo iko ndak ado lai..

    BalasHapus
  3. Smua cuma bsa ngomong.... Pdhal solusi nya gampang banget tuh, tpi klo memang btul2 mau d hilangkan yg gituan.
    Mulailah dri diri dan keluarga kita sendiri. Jika ada keluarga dkt atau kita sendiri yg pesta dan ingin mengundang OT untk memeriahkan. Mka cari lah OT yg perform nya btul2 mnampilkan keindahan seni. Bukn pornografi. Bnyak sekali OT yg memng btul2 mengutamakan penyanyi dgn kwalitas suara yg bagus dan bunyi sound system yg enak d dengar dan d nikmati. Tpi malah kurang laku.
    Beda dgn OT yg mnampilkan pnyanyi yg betpenampilan hot, atau bahkan yg gk bsa nyanyi sm skli. Cma bsa goyang erotis, malah laris manis dan kebanjiran job.
    Kesimpulan nya,smua tersrah msyrakt kita. Arus yg mna sbnrnya yg ingin kta turut kan. Gk perlu hrus pmerintah atau aparat yg turun tangan. Klo OT mesum itu gk laku atau gk d pkai sm masyarakt, otomatis mereka akan ubah system manejemen mereka.
    Tpi klo ngeliat OT mesum laris manis, yg ada malah OT yg masih mempertahnkan nilai seni budaya dan norma2 agama malh beralih jd OT mesum jg. Krna mereka malh non job alias gk laku. Smntra pemilik dan para crew mereka butuh biaya hidup.
    Skli lgi....kita msing2 lah yg membuat hal ini terjadi. Klo bkan anda secara langsung, pasti d antara slh seorang saudara2 anda pernah masuk dlm situasi ini. Knapa tdk kita larang....
    Jdi jgn cma bisa mnyalahkan, anda bsa bertindak dan berperan scra langsung. Klo mmng kita tdk ingin hal sprti ini terus berlanjut d masyakat kta.... Bkn cma mnyalahkan pemerintah dan aparat jg pihak OT. Karna OT adalah usaha yg mnjual jasa. Jd yg merka jual psti barang yg laku dan laris. Tpi klo tdk d beli atau d sukai konsumen, pasti mereka tdk jual......

    BalasHapus

© Copyright 2022 - PORTAL BUANA NEW